Kisah Masa Kecil, Ilmu Kanuragan, Berganti Nama dan Melihat Rasulullah SAW Part 2



 
Waliyullaah Guru Besar Ponpes Salafiyyah Pasuruan

Seperti diceritakan kiai hamid sewaktu masih hidup kepada kiai ahmad mursyid jember, beliau pernah merepotkan kedua orang tuanya karena memukul orang cina, sampai dua kali. Kejadian pertama ketika dia jengkel kepada seorang cina yang berjalan angkuh mungkin agak menantang. Darah muda beliau langsung mendidih. Tanpa piker panjang, tangannya melayang mendarat pas di pipi si cina yang malang. Padahal tangan itu bukan sembarang tangan, sudah “diisi” kanoragan. Akibatnya fatal, wong Cina kelenger .

Setelah kejadian itu mu’thi disuruh pergi ke rumah kakeknya di jember. Dikarenakan dia dicari orang cina yang dibantu aparat penjajah. Kebetulan kakeknya, Kiai Shiddiq  sedang berencana hendak pergi Haji ke Mekkah bersama keluarga, termasuk kedua anaknya, Halim dan Zulaikha. ‘lha iki Dul Mu’thi. Ayo nang Mekkah Pisan.(Lha ini Dul Mu’thi, ayo ke Mekkah Sekalian),” Kata Kiai Shiddiq. Mut’hi diajaknya serta.

Di tanah suci Mu’thi sudah berganti nama menjadi Abdul Hamid, ketika pulang dari tanah suci kejadian pemukulan kedua pun terjadi kembali. Disaat usianya menginjak 14-15 tahun mu’thi yang kini dipanggil hamid melihat seorng cina yang sedang merokok dan berlaga sombongnya, hamid muak bukan main dan cina sial itu di tempelengnya hingga kelenger (pingsan). Kembali hamid dicari-cari dan pada akhirnya orang tua hamid memondokannya ke Tremas.
Hamid sendiri memang belajar kanoragan, seperti yang dia ceritakan sendiri kepada Zaki Ubaid. Dan belajarnya cukup intensif hingga mencapai taraf ilmu yang tinggi.”Sampai bisa menangkap celeng (babi) jadi-jadian,”. Tutur Zaki Ubaid.

Konon, dikalangan keluarga besar beliau dilasem hanya ada dua orang yang lulus kanoragan. Mu’thi/Hamid sendiri dan sepupunya Mudzakir. Keduanya melakukan puasa bicara selama 40hari dihutan.

Disamping belajar ilmu kanuragan, beliau pun belajar mengaji kepada ayahnya sendiri dan diteruskan ke Mbah Ma’shum (yang masih terhitung kakek samping) dan KH. Baidhawi Abdul Aziz. Kepada KH. Baidhawi Abdul Aziz Hamid belajar ilmu Tasawuf, Thariqah dan Wirid.

Hingga besar mondok di Tremas Hamid masih sering mengunjungi kakeknya yang waliyullah Kiai Shiddiq dijember. Setiap perjalanan kejember Hamid selalu mampir ke Pasuruan untuk bertemu pamannya KH. Achmad Qusyairi, yang jadi guru besar di Pesantren Salafiyyah. Belajar, mengaji dan bermain bersama santri dan pada saatnya Hamid kembali ke pasuruan, Hamid sudah tidak asing lagi dikalangan Ponpes Salafiyyah. 2-3 hari di Pasuruan kemudian dilanjutkan perjalanannya ke Jember. Dijember bersama kakeknya Hamid mendapat banyak Ijazah Wirid, Zikir dan Shalawat.

Rupanya Kiai Shiddiq sudah membaca ada bakat besar pada cucunya ini,khususnya dibidang spiritual. Konon, Kiai Shiddiq berpesan kepada anaknya, Kiai Achmad Qushairi, agar mengambil Hamid sebagaai menantunya kelak. Sewaktu haji bersama, dalam perjalanan Mekkah-Madinnah, Tepaatnya dekat bir’ali, Kiai Shiddiq berjumpa dengan Rasullulah SAW, disaksikan oleh Hamid. Adapun rombongon yang lain tidak melihatnya.



Selama hidupnya Kiai Hamid mengalami perubahan nama dua kali, yang pertama waktu menunaaikan ibadah haji dari ABDUL MU’THI menjadi HAJI ABDUL HAMID.

No comments:

Post a Comment

Tiga Istri Mendiang Korban Lion Air Rebutan Warisan

www.tagar.id Jakarta, (Tagar/6/11/2018) - Tim SAR berhasil mengidentifikasi 27 jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 rute...