Liputan6.com, Jakarta -
Jepang dan Indonesia hingga saat ini terus berupaya untuk mempererat
persahabatan, tak terkecuali dengan organisasi Islam. Negeri Sakura itu
juga mengirim tokoh-tokoh Islam Indonesia ke negaranya, untuk
memperkokoh hubungan yang selama ini telah terjalin.
Mereka juga berharap tak hanya tokoh Islam saja yang dapat belajar ke Jepang, namun masyarakat Indonesia juga diajak untuk mengunjungi negara tersebut.
"Fondasi hubungan yang baik bagi Indonesia dengan Jepang terletak pada persahabatan antar masyarakat," tutur Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Yasuaki Tanizaki, ketika memberi sambutan dalam acara buka puasa yang digelar di kediamannya di Jakarta, pada Selasa 21 Juni 2016 malam.
"Pada tahun ini, jumlah warga Indonesia yang berpergian ke Jepang telah mencapai 200 ribu orang, hal tersebut meningkat sebanyak 30 persen dari tahun sebelumnya," imbuhnya.
Untuk terus meningkatkan kunjungan orang Indonesia, pemerintah Jepang juga mulai menyesuaikan dengan kebutuhan orang Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
Sementara itu Guru Besar Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra, menceritakan pengalamannya selama berada di Jepang dalam sambutannya.
Ia juga menjelaskan tentang syariah tourism atau wisata syariah, yang dikenalnya dari Wali Kota Fukuoka dan Kyoto.
"Negara yang pertama kali mengenalkan syariah tourism adalah Jepang. Di sana terdapat restoran halal, arah kiblat yang jelas, keran untuk wudhu, dan tentunya ada sajadah untuk mempermudah umat muslim yang hendak salat," jelas Azyumardi Azra.
Dengan bertumbuhnya jumlah masyarakat muslim kelas menengah Indonesia, Guru Besar UIN itu juga mengajak agar dapat belajar ke kota-kota di Jepang dan mengambil pelajaran dari kehidupan masyarakatnya
"Orang Jepang terkadang lebih islami dari kita, misalnya mereka tidak buang sampah seenaknya dan disiplin."
"Seperti yang dianjurkan Imam Al Ghazali banyak-banyaklah berjalan, karena dengan banyak berjalan ilmu, pengalaman, dan rasa syukur kepada Allah akan bertambah," tutup Azyumardi Azra.
Mereka juga berharap tak hanya tokoh Islam saja yang dapat belajar ke Jepang, namun masyarakat Indonesia juga diajak untuk mengunjungi negara tersebut.
"Fondasi hubungan yang baik bagi Indonesia dengan Jepang terletak pada persahabatan antar masyarakat," tutur Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Yasuaki Tanizaki, ketika memberi sambutan dalam acara buka puasa yang digelar di kediamannya di Jakarta, pada Selasa 21 Juni 2016 malam.
"Pada tahun ini, jumlah warga Indonesia yang berpergian ke Jepang telah mencapai 200 ribu orang, hal tersebut meningkat sebanyak 30 persen dari tahun sebelumnya," imbuhnya.
Untuk terus meningkatkan kunjungan orang Indonesia, pemerintah Jepang juga mulai menyesuaikan dengan kebutuhan orang Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
Sementara itu Guru Besar Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra, menceritakan pengalamannya selama berada di Jepang dalam sambutannya.
Ia juga menjelaskan tentang syariah tourism atau wisata syariah, yang dikenalnya dari Wali Kota Fukuoka dan Kyoto.
"Negara yang pertama kali mengenalkan syariah tourism adalah Jepang. Di sana terdapat restoran halal, arah kiblat yang jelas, keran untuk wudhu, dan tentunya ada sajadah untuk mempermudah umat muslim yang hendak salat," jelas Azyumardi Azra.
Dengan bertumbuhnya jumlah masyarakat muslim kelas menengah Indonesia, Guru Besar UIN itu juga mengajak agar dapat belajar ke kota-kota di Jepang dan mengambil pelajaran dari kehidupan masyarakatnya
"Orang Jepang terkadang lebih islami dari kita, misalnya mereka tidak buang sampah seenaknya dan disiplin."
"Seperti yang dianjurkan Imam Al Ghazali banyak-banyaklah berjalan, karena dengan banyak berjalan ilmu, pengalaman, dan rasa syukur kepada Allah akan bertambah," tutup Azyumardi Azra.
No comments:
Post a Comment